Selasa, 25 Agustus 2015

Pusing pala ba(r)bi

Singkat cerita, pasca cari kos n moving, perkuliahan pun dimulai. Apa mau dikata... kepala langsung mumet di hari pertama. Materi ful sampe sore. Saya dipaksa mengikuti ritme hari2 yg ful. Belajar... tugas..presentasi. Taukan gmna rasa dipaksa. Terseret2 awalnya. Sampe skrng msh terasa. Terkaget-kaget. Sampailah hari keenam. Ini puncaknya saya stress. Cuaca malang terasa makin tak mentolerir. Dingin menusuk. Malam itu saya ambruk. Kepala pusing ditambah rindu anak. Rindu mem9eluk si bungsu.rindu tidur dengan putra kedua. Rindu memandikan mereka. Memasak, menyuapin, mengantar sekolah dan mengaji,rindu bermain bersma, menonton film favorit mereka, Rindu suara ribut 2 jagoan.pokoke serindu-rindunya.  Mlm itu pulang dr kampus saya menangis sejadi-jdinya. Beruntung saya memiliki teman sekantor yg sama2 merantau. Namun keluarganya di bawa serta tinggal dmalang. Jd klaupun kuliah memeras otak, drmh msh ada buah hati yg jd pelipur hati. Malam itu saya lewati dengan menangis. Videocall anak2 pun dilakukan. Sambil menangis juga. Melihat mrk bermain dg kelurga di rmh suenengnya tak terkira. So mlm itu videocall n telpon dilakukan sampe larut mlm. Berat di biaya namun rindu ini mesti diobati.
Keesokan hari, pagi pkl. 07.00 saya cabut dr kos. Tujuannya adalah rmh kontrakan teman. Sampai disana, saya dikerik. Dan hasilnya luar biasa, punggung merah merona full,lengan dan bagian dada pun ikutan merah. Wuishhh... judule masuk angin to. Hasil mggu pertama kuliah. Agar hati saya terhibur, diajaklah wisata petik jeruk di daerah dkt kontrakan teman. Paling tidak ada harapan mata bengkak dan rasa sepi bs terobati. Apa bs saya menikmati? Bisa. Interaksi sosial sesama teman yg sdh berkeluarga memng memberikan impact yang bagus tuk menurunkan adrenalin. Ketegangan otak. Ditambah tindihan kerinduan keluarga bs membuat sesorang gila. Perlahan saya mulai tenang. Weekend itu saya menginap. Berusaha mencari kemantapan hati. Teman2 dr kupang jg sangat menginspirasi. Meberikan mutiara-mutiara kata. Kematangan pikiran mrk membuat saya mulai berusaha mati-matian tuk enjoy dg pilihan ini. Toh kmrn ini adalah pilihan saya. Walaupun saya sungguh tak menyangka bahwa bisa sakit karena jauh dr putra dan putri terkasih. Terbesit sedikit penyesalan kenapa rencana tuk memboyong semua anak tdk jd saya lakukan. Keputusan itu pun krn berdasarkan wawancara dg tmn2 yg sdh s2. Ternyata saya jelas bukan tipe ibu yg sanggup jauh dari buah hati dalam waktu yang tak singkat ini. Berusaha ikhlas walaupun belum seutuhnya. Akhr agusts ini saya bakal ada teman tuk bercerita. Krn teman satu kantor yg kuliah di UB akan memulai perkuliahannya sept ini. Smga kami bs saling menguatkan. Senasib seperjuangan bs menyatukan manusia. Itu pepatah yang saya pikir betul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar